Minggu, 04 November 2018

Anime untuk anak-anak(?)

https://ae01.alicdn.com/kf/HTB195eOoZnI8KJjSspeq6AwIpXa9/Anime-japon-s-Manga-crossover-todos-los-personajes-h-roes-KB149-Sala-hogar-pared-arte-moderno.jpg_640x640.jpg
Banyak orang (khususnya orang awam) yang mengira bahwa anime merupakan tontonan untuk anak. Alasannya karena anime dan kartun adalah animasi dan animasi itu adalah tontonan buat anak-anak. Tapi, benarkah demikian? Kita kembali ke tahun 1990-an sampai dengan 2000-an ketika serial anime sedang booming di Indonesia. Pada tahun-tahun tersebut banyak anime yang ditayangkan di saluran-saluran televisi di Indonesia seperti Doraemon, Crayon Shinchan, Naruto, Samurai-X, dan lain-lain sebagainya. Sehingga banyak orang mengira bahwa anime itu adalah kartun yang merupakan tontonan yang menarik bagi anak-anak. Padahal seperti yang kita tahu, anime memiliki beberapa yang kadang tidak semuanya sesuai dengan anak-anak. Mulai dari kekerasan, adegan vulgar, hingga alur cerita yang kompleks yang bisa dicerna oleh audiens tertentu. Meskipun demikian, kemunculan anime tersebut memberikan suatu kenangan dan kesenangan sendiri bagi pemirsa khususnya para anime lovers di Indonesia.
Sekarang, anime masih sering ditayangkan di tv nasional meski harus melalui seleksi dan aturan sensor yang super ketat. Kita bisa melihat berbagai macam sensor yang tidak hanya menyensor adegan pornografi atau kekerasan. Mulai dari (maaf) belahan dada, adegan penodongan dengan menyensor blur senjata yang dipakai menodong, adegan cipratan darah yang disensor dengan cara memberikan efek grayscale, hingga rokok pun juga mesti disensor padahal tahun-tahun sebelumnya tidak pernah ada sensor seperti itu. Kita pun meski berpikir dua kali, apakah benar anime itu memang diperuntukan untuk anak-anak?
Anime dan kartun merupakan tayangan hiburan yang berbentuk animasi walaupun dari berbagai segi ada beberapa perbedaan penting menurut Aditya dalam artikel Beda loh! Kartun dengan anime (2013):
1. Dari segi genre, kartun memang diperuntukan untuk audiens anak-anak dengan berbagai macam genre mulai dari genre superhero seperti Ben 10, Teen Titans, Avengers Assembled bikinan Marvel, genre edukasi seperti Dora The Explorer, hingga genre kasual seperti Spongebob. Meskipun ada kalanya beberapa kartun memiliki pengecualian seperti Family Guy, The Simpsons, dan juga American Dad. Sedangkan Anime diperuntukan untuk audiens tertentu untuk genre tertentu bahkan sampai ada anime dengan genre 3cch1 dan juga h3nt4i.
2. Dari segi kekompleksan cerita, Anime lebih berbobot dan lebih kompleks lagi alur ceritanya. Seperti contoh franchise anime Gundam yang tidak cuma menyuguhkan pertempuran antar robot raksasa, tapi juga cerita yang penuh dengan intrik sehingga alur cerita anime sulit dicerna untuk pemirsa anak-anak. Beda dengan kartun yang alurnya lebih simpel bin datar yang mudah dicerna untuk anak-anak. Kita ambil contoh Ben 10. Kalau kita lihat sang tokoh utama melihat ada masalah seperti saat penjahat menyerang sebuah kota, sang tokoh utama berubah menjadi alien dan melawan musuh yang menyerbu kota tadi. Intinya kalau ada masalah, tokoh utama tinggal berubah jadi superhero.

Kembali ke pokok masalah. Anime memiliki beberapa sub genre yang bahkan ada yang sangat tidak cocok untuk anak-anak. Kita ambil beberapa contoh seperti Attack On Titan. Dari segi visualnya nih ya, anime yang booming ini memiliki tingkat kekerasan yang bisa dibilang eksplisit seperti darah, adegan mutilasi, dan juga adegan dimana monster yang dijuluki kyojin/titan ini memakan manusia khususnya manusia hidup. Belum lagi segi ceritanya yang kompleks menjadikan anime Attack on Titan merupakan anime yang hanya cocok untuk audiens dewasa.
Berikutnya lagi adalah anime Elfen Lied yang diadaptasi dari manga karya Lynn Okamoto. Darah, mutilasi, dan bagian tubuh yang terpotong ini merupakan contoh nyata mengapa anime ini memang absolutely not safe for kids 
https://cdn14.1cak.com/posts/b4a021062990bca0a5d52ff5791dfbfa_t.jpg 
Contoh lainnnya adalah Highschool DxD. Anime ini bukan cuma menawarkan anime penuh aksi saja, melainkan anime ini juga sarat akan fanservice. Mulai dari belahan desain karakter yang seksi, pamer belahan dada dan pantat molek (maaf) hingga adegan syur, semua ada di anime yang diadaptasi dari novel ringan karya Ichiei Ishibumi ini. Anime seperti inilah yang membuat anime tidak buat anak-anak.
https://imgcdn1.kwikku.com/images_users/images_status/1-20170608201818.jpg 
Tiga contoh anime yang saya jabarkan di atas tadi menjadikan bukti bahwa anime itu bukan buat anak-anak tidak peduli bagaimanapun genre-nya. Kekerasan baik yang wajar maupun eksplisit, adegan mesra, fanservice, maupun cerita yang kompleks membuat hampir keseluruhan anime tidak pantas ditonton untuk anak-anak. Baik anime terkenal seperti Naruto, Bleach, One Piece, Dragon Ball, Maupun Fairy Tail, Sword Art Online, Detective Conan, ataupun yang tidak dikenal seperti Mirai Nikki, itu semua merupakan anime yang diperuntukkan untuk pemirsa remaja maupun dewasa.

Namun, parahnya, masih banyak orang awam di Indonesia (atau mungkin seluruh dunia) mengira bahwa anime merupakan  tontonan buat anak. Padahal, seperti yang dijelaskan sebelumnya Seperti dalam kasus Naruto yang sejak tokoh utamanya mendapatkan kekuatan rubah ekor sembilan sampai tokoh utama mengalahkan musuh terkuatnya dan menjadi Hokage butuh waktu yang bisa dibilang sangat lama. Mulai dari sempritan KPI hingga sempat dilarang tayang karena menampilkan adegan kekerasan yang bisa dibilang.... tidak eksplisit, melainkan hanya sekedar cipratan darah saja. Memang dikarenakan Naruto merupakan anime yang diperuntukan untuk audiens remaja hingga dewasa. Namun, karena pada saat penayangannya, pihak stasiun televisi menambahkan beberapa iklan produk anak-anak sehingga anime tersebut menjadi tontonan untuk anak-anak.
Beruntung sekali masih ada anime yang memang diperuntukkan untuk anak-anak seperti Hamtaro, Minky Momo, Doraemon, Beyblade, Let's Go, Digimon, Pokemon, dan masih banyak lagi. Anime-anime tersebut pernah tayang di Indonesia mulai tahun 1990-an sampai tahun 2000-an. Disini, anime aksi seperti Digimon menayangkan adegan kekerasan namun masih bisa diterima oleh anak-anak, anime Doraemon dan Minky Momo dengan cerita yang bisa dicerna oleh anak-anak dan juga menumbuhkan fantasi bagi anak-anak antara umur 8 sampai 12 tahun.
https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20170123/ha-3-bfea42ac69e698cf23cd68ab5cc0c211.jpg
Bagaimanapun, animasi apapun baik kartun maupun anime itu spesifikasinya sendiri-sendiri. Kartun ya kartun, Anime tetaplah anime yang masing-masing diperuntukkan untuk masing-masing umur. Itu sudah menjadi kodratnya dan tidak bisa diubah. Dan selamanya akan terus begitu.

Yang miris adalah anak-anak jaman sekarang sekarang malah dicekoki tayagann yang mengandung adegan kekerasan, cinta-cintaan, dan mesra-mesraan tidak peduli bagaimanapun tayangannya. Tidak terhitung banyaknya kasus pacaran hingga tawuran pelajar yang terjadi. Mungkin ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua adalah kita perlu mengawasi anak-anak kita dalam menonton TV. Tidak lupa, salam anime! ;D