Selasa, 16 Juli 2013

Empat penyakit sosial yang dialami para Otaku.

Konnichiwa Mbak Bro, Masbro. Hai! Kali ini saya akan berbicara tentang Empat penyakit sosial yang dialami para Otaku.
Jadi Otaku emang susah, mesti ada penyakit yang mesti saja dialami para Otaku. Kayak yang dibawah ini nih Penyakit sosial yang dialami para Otaku.

1. Chuunibyou

Yang pernah nonton anime Chuunibyou: Demo Koi Ga Shitai pasti tahu yang ini. Chuunibyou secara kasar berarti "Sindrom kelas dua SMP". Chuunibyou adalah suatu gejala dimana remaja berumur 14 tahun cenderung bersikap seolah-olah memiliki kekuatan supranatural atau kekuatan super atau semacamnya. Ada juga yang bersikap jijikan, sombong, dan bahkan meremehkan orang di sekitarnya.

Sikap seperti ini biasanya ditemukan pada anak remaja yang memasuki masa pubertas. Namun masih ada juga orang yang sudah dewasa (SMA ke atas) masih bersikap seperti ini. Termasuk saya mungkin. Contohnya: Meniru-niru gaya tokoh-tokoh Anime, Manga, Game, Film, Novel, Kamen Rider, Super Sentai, Wayang(?), dll. Misalnya niru-niru orang berubah jadi Kamen Rider.

2. Weaboo

Weaboo alias Wapanese adalah suatu penyakit sosial dimana seseorang menjadi orang (sok) Jepang. Seorang Weaboo bisa saja dianggap sebagai Otaku tingkat Ekstrim. Seorang otaku belum tentu adalah Weaboo. Namun, Weaboo biasanya adalah Otaku.


Weeaboo adalah orang yang senang mempertontonkan dirinya ‘sangat jepang’, melebihi orang jepang asli. Mereka sebetulnya orang yang sangat terobsesi dengan jepang, bertingkah seperti orang jepang dan seolah sedang tinggal di jepang, bersifat seperi orang jepang, berbicara dengan gaya jepang dg segala istilah-istilah ajaib terupdate-nya. Padahal mereka sama sekali bukan orang jepang, bukan warga negara jepang, dan gak tinggal di jepang.

Inspirasi mereka berasal dari anime atau manga. Bagi mereka anime / manga adalah sumber utama maha kebenaran, ilmu pengetahuan, dan juga bahasa. Dalam benaknya negara jepang adalah semacam ‘holy land’ di planet ini, dan segala hal mengenai Jepang adalah yang paling ‘Superultrafantasticmegawesome’. Awas!!

Bagi mereka, semua orang harus beranggapan baik mengenai jepang, termasuk mengerti dan memahami jepang baik budaya, tradisi dan kebiasaannya. Mereka akan naik pitam jika kamu berani mencoba menjelek-jelekan jepang.

Fenomena Weeaboo ini sudah banyak terjadi dan tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Misalnya: Seorang Otaku yang merasa seperti kehidupan di Anime dan berlagak kayak orang 4l4y Jejepangan.
Jadi, kalau kamu mau jadi Weaboo, jangan hanya Anime, JAV, Manga. Ambli sifat positif dari Jepang aja... Itu sudah membuatmu kayak Weaboo kok! (Syah...!)

3. Nijikon

Nijikon adalah bahasa gaul di Jepang yang digunakan untuk orang yang menyukai atau mencintai karakter cewek dalam anime, manga, atau permainan videoyang notabene merupakan depiksi dua dimensi di atas kertas atau layar, serta figur boneka dari karakter tersebut. Istliah gaul ini merupakan singkatan dari istilah Nijigen Kompurekksu. Mereka lebih suka mencintai cewe dua dimensi daripada cewe beneran. Umpamanya seseorang mencintai Hatsune Miku daripada cewek beneran. Waspada! Apabila anda pernah menikahi karakter cewe di sebuah dakimakura. Siap-siap aja jadi FOREVER ALONE!!

4. Hikimori


Hikikomori sendiri adalah istilah Jepang yang berarti “menarik diri'” dan mulai menarik perhatian media sejak 1999-2000an karena kasusnya yang cukup fenomenal. Diduga ada 2 juta remaja Jepang (kebanyakan umur 13-20 tahun) yang mengalami penyakit ini. Sindrome yang paling jelas dari hikikomori adalah tidak pernah keluar kamar (atau rumah). Bahkan tercatat ada orang yang tidak keluar dari kamarnya selama 10 tahun (yang pasti di dalam kamar ada kamar mandinya, bisa2 berjamur kalo ga mandi selama 10 tahun).

80% hikikomori adalah laki-laki dan fenomena ini sering dijumpai di negara maju. Di banyak negara, hikikomori dianggap sebagai penyakit psikologi, sindrom PDD dan autisme. Hanya di Jepang, Hikikomori dianggap sebagai fenomena sosial (saking banyaknya). Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa faktor keluarga berada dibalik kasus-kasus hikikomori. Hilangnya figur ayah (terlalu sibuk bekerja), ibu yang terlalu memanjakan anak, dan tekanan akademik di sekolah, school bullying, dan maraknya video game di Jepang. Semakin tua seorang hikikomori, semakin kecil kemungkinan dia bisa berkompeten di dunia luar. Bahkan ada kemungkinan tidak bisa kembali normal untuk bekerja atau membangun relasi sosial, seperti menikah.

Cr: http://kucingpencuri.blogspot.com/2013/06/4-penyakit-sosial-pada-otaku.html
http://www.kaskus.co.id/thread/51b74b8e542acf3835000013/4-penyakit-sosial-pada-beberapa-otaku/1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentarnya ya....